Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Resiko Kehamilan Pada Usia Muda Dan Solusinya

Tajukbaca.com - Fenomena hamil di usia muda memang menjadi latar belakang kematian banyak gadis remaja di dunia. Remaja perempuan yang melahirkan di bawah usia 15 tahun memiliki resiko lima kali lebih besar meninggal saat melahirkan dibandingkan dengan perempuan yang berusia 20 tahun ke atas.

Resiko Kehamilan Pada Usia Muda
Yang Harus Anda Ketahui

Bahaya Kehamilan di Usia Terlalu Muda

Dibandingkan dengan mereka yang hamil di usia 20-30 tahun, hamil dan melahirkan di bawah  usia 18 tahun jauh lebih berisiko. Berikut beberapa resiko yang bisa terjadi jika hamil dimasa muda:

1. Risiko kematian ibu dan bayi

Di seluruh dunia, terutama negara yang sedang berkembang, terdapat sekitar 50.000 remaja putri yang usianya antara 15-19 tahun dan meninggal setiap tahun pada saat hamil atau selama persalinan. Sekitar satu juta bayi yang lahir dari remaja perempuan juga banyak yang meninggal sebelum mereka mencapai usia satu tahun. Bayi dari ibu yang melahirkan di bawah usia 18 tahun akan memiliki resiko 60 persen lebih tinggi meninggal sebelum satu tahun.

Semakin muda usia kehamilan seorang remaja maka akan semakin besar pula risikonya selama persalinan dan mengandung anak. Ini karena tubuh seorang perempuan pada umumnya belum siap menjalani persalinan, antara lain karena faktor keadaan panggul mereka yang masih sempit. Kurangnya pelayanan kesehatan yang memadai juga menjadi dampak tidak memungkinkan seorang ibu atau bayi bertahan dalam proses persalinan seperti ini. sehingga, kehamilan di bawah umur memang lebih umum terjadi di kalangan masyarakat ekonomi bawah.

2. Risiko kelainan pada bayi

Bagi wanita yang hamil pada usia muda, terutama yang tidak mendapat dukungan kerabat atau pasangan dekat, sangat berisiko tinggi untuk tidak mendapatkan perawatan yang memadai selama hamil. Padahal kehamilan merupakan masa yang paling penting dan rawan komplikasi. Kebutuhan nutrisi yang tidak tercukupi dengan baik dapat juga menyebabkan bayi lahir cacat.

3. Tekanan darah tinggi dan bayi lahir prematur

Wanita yang hamil di usia muda akan memiliki resiko lebih tinggi mengalami tekanan darah tinggi dan preeklamsia dibandingkan mereka yang hamil pada usia 20-30 tahun. Selain membahayakan sang ibu, kondisi ini juga dapat mengganggu perkembangan janin sehingga menimbulkan komplikasi seperti bayi yang lahir menjadi bayi yang prematur.

Remaja yang berusia di bawah 18 tahun juga akan memiliki resiko melahirkan bayi prematur dan mengalami komplikasi. Bayi yang lahir terutama sebelum usia 32 minggu akan memiliki dampak terpapar risiko gangguan pernapasan, pencernaan, penglihatan, serta masalah tumbuh kembang.

4. Bayi yang lahir dengan berat badan normal

Wanita hamil pada usia muda juga sangat berisiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan yang sangat rendah, misalnya kurang dari 1,5 kg. Itu akan bisa terjadi karena kelahiran prematur atau usia kehamilan di bawah 37 minggu. Bayi yang kekurangan berat badan pasti akan memerlukan perawatan khusus, terutama untuk membantunya bernapas setelah lahir.

5. Penyakit menular seksual

Remaja yang melakukan hubungan seks di usia muda sangat berisiko tertular penyakit menular seksual, seperti HIV, klamidia, sifilis, dan herpes. Keengganan, ketidaktahuan, atau pola pikir yang tidak dewasa membuat banyak remaja berhubungan seks tanpa menggunakan pengaman seperti kondom.

Penyakit ini dapat ditularkan melalui hubungan seks termasuk seks oral atau anal. Infeksi klamidia dan gonore pada wanita umumnya akan menyebabkan penyakit radang pada panggul (PID) yang dapat memicu gangguan pada saluran tuba fallopi pada wanita. Pada kondisi ini, pembuahan sel telur bisa terjadi di luar rahim atau disebut kehamilan ektopik.

6. Depresi pascapartum

Remaja putri juga lebih berisiko mengalami depresi pasca melahirkan karena mereka merasa tidak siap, apalagi jika tidak mendapat dukungan keluarga dan / atau pasangan. Resiko depresi membuat remaja tidak mampu merawat bayinya dengan baik.

Remaja putri yang mengalami kehamilan yang tidak direncanakan juga kerap menghadapi tekanan dari banyak pihak dalam berbagai bentuk. Misalnya, keinginan mereka untuk menggugurkan kandungan, takut dihakimi oleh masyarakat karena telah membuat kesalahan atau aib dimasyarakat, atau kekhawatiran tentang kemampuan finansial untuk mengurus bayi kelak.

Minimalkan Risiko Hamil Di Masa Muda

Meski risiko hamil dan melahirkan di usia muda sangat tinggi, ada cara yang bisa Anda lakukan agar ibu dan bayi selamat lahir sehat terutama pada seorang perempuan yang sudah terlanjur menikah pada usia dini dan hamil di usia muda.

  • Konsultasikan secara rutin kepada dokter kandungan. Fasilitas Puskesmas dan Penyelenggara Jaminan Sosial yang lebih baik sekarang memungkinkan orang-orang yang telah mendaftar untuk memeriksakan kesehatan bayi dan rahimnya secara gratis.
  • Jauhi obat-obatan terlarang seperti: alkohol dan konsumsi barang-barang tersebut harus dihindari karena berisiko membahayakan pada janin.
  • Makan makanan sehat. Terutama suplemen hamil yang banyak mengandung 0,4 mg asam folat setiap hari untuk perkembangan sistem saraf bayi.
  • Cari dukungan pada kerabat dan teman terdekat untuk kesiapan mental Anda. Jangan merasa atau malu, ragu dan takut untuk mengikuti berbagai penyuluhan tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi yang ada.
  • Harus selalu memperkaya diri dengan berbagai informasi kesehatan dan keselamatan diri, termasuk dari berbagai jenis kekerasan seksual.
  • Seringlah bertemu dengan konselor atau kelompok konseling yang dapat membantu Anda mendapatkan informasi atau membuat keputusan tentang hubungan, kehamilan, adopsi, atau aborsi.

Mencegah Kehamilan di Usia Muda

Untuk menghindari risiko tinggi kehamilan di usia yang terlalu muda. Berikut beberapa cara dan tips yang bisa ditempuh.

1. Keluarga Berencana

Keluarga berencana merupakan salah satu solusi jangka panjang yang mencakup pencegahan agar tidak ada remaja putri di bawah 18 tahun yang memiliki anak. Bahkan, sebagian perempuan tidak menggunakan kontrasepsi karena latar belakang agama dan latar belakang sosialnya. Bisa juga disebabkan oleh kekhawatiran mereka tentang efek samping dan mitos tentang kontrasepsi. Selain itu, merencanakan dan memutuskan untuk menikah dan berhubungan seks setelah 18 tahun merupakan salah satu langkah termudah yang dapat dilakukan oleh semua wanita yang telah mencapai usia dewasa dan sudah menikah.

2. Dapatkan pendidikan yang memadai

Pendidikan yang baik juaga akan membuat remaja lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan dan menjaga diri sendiri terutama dalam hal pergaulan bebas dan sex bebas. Pendidikan tentang seksualitas juga perlu harus diberikan sejak dini, tidak hanya untuk anak perempuan, tapi juga untuk laki-laki. Remaja perempuan yang sudah melahirkan di usia muda juga harus bisa melanjutkan pendidikannya.

3. Buat keputusan untuk diri sendiri

Banyak sekali remaja putri belum menyadari bahwa tubuh dan kehidupan mereka adalah milik dan tanggung jawab mereka sendiri. Selain itu, masih banyak juga remaja putri yang belum bisa mengambil keputusan kapan mereka akan memiliki anak atau bagaimana cara mereka untuk bisa menjaga sistem reproduksinya dengan baik. Kemiskinan, kurangnya pendampingan dari orang tua, dan kekerasan seksual juga bisa menjadi salah satu faktor utama penyebab kehamilan di usia muda.

Sekitar 23 persen remaja yang telah menikah pada usia 15-24 tahun dipaksa oleh pasangannya untuk berhubungan seks padahal mereka sendiri tidak mengetahui banyak tentang seks dan kontrasepsi. Hindarilah hubungan seksual sebelum menikah, terutama seks di bawah tekanan. Hindari juga aborsi yang tergolong ilegal di Indonesia, apalagi jika tidak dilakukan oleh tenaga medis yang profesional.

4. Menggunakan kontrasepsi

Sebuah penelitian bahkan menemukan bahwa sekitar 46 persen gadis yang menikah antara usia 15-19 tahun tidak pernah menggunakan kontrasepsi dengan benar. Tekanan sosial untuk memiliki anak, ketidakmampuan merencanakan kehidupan keluarga, ketakutan terhadap suami yang lebih tua, dan kurangnya pengetahuan juga akan memicu terjadinya kehamilan di usia muda. Padahal menggunakan kontrasepsi sangatlah penting untuk mengurangi risiko penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak direncanakan.

5. Jangan mudah dipercaya

Jangan pula percaya jika ada seseorang yang mengatakan bahwa seorang wanita tidak akan hamil lagi jika pertama kali berhubungan seks atau melakukannya sambil berdiri. Sperma yang telah memasuki tubuh wanita memiliki kesempatan untuk membuahi sel telur.

Di atas segalanya, menghormati tubuh dan diri sendiri adalah langkah pertama yang paling penting untuk menghindari risiko yang mengancam jiwa akibat kehamilan di usia muda.